Walau hati ini menangis,
Atas ketelanjuran dirimu terhadap diriku,
Lukai di hatiku,
Asingkan diriku bersedih di tanjung pilu,
Untuk pertama kali walau hati menangis hapuskanlah rindu di hatimu.
Hati yang menangis ini,
Akibat ketelanjuranmu sekarang dan yang dulu,
Tetap akan ku ingati,
Ilusinya yang merimbun dalam rasa yang amat sendu.
Melupakan dirimu bukanlah semudah yang disangka,
Emosi ini terhumban dalam gaung asmara kita,
Ngongoi yang tersekat terasa hiba,
Aniaya dari dirimu menjebak diriku melamun relung sengketa,
Nasib diriku bermandi peluh mengutip duka,
Gamaknya dirimu melukai hatiku yang sudah tidak punya apa-apa,
Ikhlas hatimu ternukil di dalam bab cinta kita berdua,
Senandungnya aku relakan untukmu walau hati menangis selamanya.
Nukilan Pencinta Puisi,
Bayu
Segamat,Johor.
26.12.2011 @ 1535 hrs (Isnin)
Untuk pertama kali walau hati menangis hapuskanlah rindu di hatimu.
Hati yang menangis ini,
Akibat ketelanjuranmu sekarang dan yang dulu,
Tetap akan ku ingati,
Ilusinya yang merimbun dalam rasa yang amat sendu.
Melupakan dirimu bukanlah semudah yang disangka,
Emosi ini terhumban dalam gaung asmara kita,
Ngongoi yang tersekat terasa hiba,
Aniaya dari dirimu menjebak diriku melamun relung sengketa,
Nasib diriku bermandi peluh mengutip duka,
Gamaknya dirimu melukai hatiku yang sudah tidak punya apa-apa,
Ikhlas hatimu ternukil di dalam bab cinta kita berdua,
Senandungnya aku relakan untukmu walau hati menangis selamanya.
Nukilan Pencinta Puisi,
Bayu
Segamat,Johor.
26.12.2011 @ 1535 hrs (Isnin)
No comments:
Post a Comment