TELAGA DI HUJUNG JALAN
Telaga di hujung jalan itu tempat bermulanya kami bertatih,
Emak kata bapa selalu membawa kami mandi,
Lepas waktu subuh,
Antara mega langit berwajah indah berseri-seri,
Garisan ufuk horizon lurus setia menyembah,
Aturan bahasa alam sejak dari azali.
Di hujung jalan itu emak kata ada telaga masih belum buta,
Ia selalu merinjiskan gerimis rasa membasuh duka lara kami sekeluarga.
Hatinya selalu berdegup berkocak,
Umpama getar kelopak jantung telaga itu tidak sombong,
Jarang sekali ia tidak berkicut tanpa riak,
Umumnya bapa kata isi jernih perigi itu tidak pernah berbohong,
Nalurinya selalu menghebahkan dingin sejuk yang baik,
Garang panas dan bahang di perigi itulah tempat kami berlindung.
Jajaran cahaya waktu petang-petang selalu terbentang,
Air di telaga itu mengapai terbit pelangi,
Langit yang tinggi menyayupkan kejora dan bintang,
Air di telaga itu pernah emak kata bapa mandikan kami,
Nyaman air telaga itu ada di simpang jalan di bahu semangat juang.
Nukilan Pencinta Puisi,
Bayu
Mersing,Johor.
08.03.2012 @ 2006 hrs (Khamis).
Garisan ufuk horizon lurus setia menyembah,
Aturan bahasa alam sejak dari azali.
Di hujung jalan itu emak kata ada telaga masih belum buta,
Ia selalu merinjiskan gerimis rasa membasuh duka lara kami sekeluarga.
Hatinya selalu berdegup berkocak,
Umpama getar kelopak jantung telaga itu tidak sombong,
Jarang sekali ia tidak berkicut tanpa riak,
Umumnya bapa kata isi jernih perigi itu tidak pernah berbohong,
Nalurinya selalu menghebahkan dingin sejuk yang baik,
Garang panas dan bahang di perigi itulah tempat kami berlindung.
Jajaran cahaya waktu petang-petang selalu terbentang,
Air di telaga itu mengapai terbit pelangi,
Langit yang tinggi menyayupkan kejora dan bintang,
Air di telaga itu pernah emak kata bapa mandikan kami,
Nyaman air telaga itu ada di simpang jalan di bahu semangat juang.
Nukilan Pencinta Puisi,
Bayu
Mersing,Johor.
08.03.2012 @ 2006 hrs (Khamis).
No comments:
Post a Comment