Bagai alunan qasidah cinta
Memintal puing-puing angin
Yang kusut di kaki bukit
Berlagu sukma rindu perit
Bertiup bayu semilir berapit
Kuabadikan jasad ini di kaki bukit
Memukim segala usia yang bersisa
Menghitung arca suka duka di gigi stalaktit
Dan benih-benih cinta kian subur mengharum
Berserakan kelopak mawar jingga
Yang gugur sebelum tua
Seakan mengejek hayat penyair duka
Yang tua sebelum waktunya
Hayat yang dimamah bayangan hitam
Tegar untuk penyair tidak berdendam
Menutup segala hijabnya yang kusam
Serah diri agar rohnya padam dalam diam
Airmata yang beku di hujung kelopak layu
Menjadi titisan embun di kala dinihari
Hembusan nafas yang kian menghela lesu
Melenakan dirinya di kaki bukit bisu
“hijabnya telah tertutup”
@innurmustaqim@putrajaya
4.40ptg..
Bertiup bayu semilir berapit
Kuabadikan jasad ini di kaki bukit
Memukim segala usia yang bersisa
Menghitung arca suka duka di gigi stalaktit
Dan benih-benih cinta kian subur mengharum
Berserakan kelopak mawar jingga
Yang gugur sebelum tua
Seakan mengejek hayat penyair duka
Yang tua sebelum waktunya
Hayat yang dimamah bayangan hitam
Tegar untuk penyair tidak berdendam
Menutup segala hijabnya yang kusam
Serah diri agar rohnya padam dalam diam
Airmata yang beku di hujung kelopak layu
Menjadi titisan embun di kala dinihari
Hembusan nafas yang kian menghela lesu
Melenakan dirinya di kaki bukit bisu
“hijabnya telah tertutup”
@innurmustaqim@putrajaya
4.40ptg..
No comments:
Post a Comment