(MENTARI DI HIJRAHMU)
Berat lagi mataku
saat mentari mengintai jendela hidupku
marahnya kedegilanku
...
pada sinarnya yang menyentap malasku
hujan kemarau melekangkan pudak tulang belulang
gagal aku menumpahkan kuah tradisimu moyang
aku yang mentah mentelaah hitunganmu
kukira kerasku dijalur warisanmu
rupanya rapuh berkepuh tiada teresap untungmu
aku yang akur terus terbuai kelekaan
tulang belulang takmampu kutongkat
makin berat keringat takbersuara
menitik takberhasil
cuma bertaik mata
tidur bagaikan ular sawa
sering terasa bagaikan dedaunan dialur sungai
bersandaran di bahu batuan
menunggu masa reput di hujung muara
untung mentari menyinari
menjerkah rakus
meronta katanya
seakan berkata seumpama wasiatmu
bangkitlah anakku buangkan degilmu
"setiap hari ada hari barumu
juangkan seterik mentari
ku doakan esok dan esok mentari hadir dalam hijrahmu"...
DARI: MAZZ C CARRY CINTA
D JENGKA12,PAHANG.
(MENTARI DI HIJRAHMU)
Berat lagi mataku
saat mentari mengintai jendela hidupku
marahnya kedegilanku
...
Berat lagi mataku
saat mentari mengintai jendela hidupku
marahnya kedegilanku
...
pada sinarnya yang menyentap malasku
hujan kemarau melekangkan pudak tulang belulang
gagal aku menumpahkan kuah tradisimu moyang
aku yang mentah mentelaah hitunganmu
kukira kerasku dijalur warisanmu
rupanya rapuh berkepuh tiada teresap untungmu
aku yang akur terus terbuai kelekaan
tulang belulang takmampu kutongkat
makin berat keringat takbersuara
menitik takberhasil
cuma bertaik mata
tidur bagaikan ular sawa
sering terasa bagaikan dedaunan dialur sungai
bersandaran di bahu batuan
menunggu masa reput di hujung muara
untung mentari menyinari
menjerkah rakus
meronta katanya
seakan berkata seumpama wasiatmu
bangkitlah anakku buangkan degilmu
"setiap hari ada hari barumu
juangkan seterik mentari
ku doakan esok dan esok mentari hadir dalam hijrahmu"...
DARI: MAZZ C CARRY CINTA
D JENGKA12,PAHANG.
hujan kemarau melekangkan pudak tulang belulang
gagal aku menumpahkan kuah tradisimu moyang
aku yang mentah mentelaah hitunganmu
kukira kerasku dijalur warisanmu
rupanya rapuh berkepuh tiada teresap untungmu
aku yang akur terus terbuai kelekaan
tulang belulang takmampu kutongkat
makin berat keringat takbersuara
menitik takberhasil
cuma bertaik mata
tidur bagaikan ular sawa
sering terasa bagaikan dedaunan dialur sungai
bersandaran di bahu batuan
menunggu masa reput di hujung muara
untung mentari menyinari
menjerkah rakus
meronta katanya
seakan berkata seumpama wasiatmu
bangkitlah anakku buangkan degilmu
"setiap hari ada hari barumu
juangkan seterik mentari
ku doakan esok dan esok mentari hadir dalam hijrahmu"...
DARI: MAZZ C CARRY CINTA
D JENGKA12,PAHANG.
No comments:
Post a Comment