MEMANDANG KE LANGIT (1)
Kegelapan malam lembut membelai kalbu.
Seperti selalu, kami bertemu di alam maya, bergurau, usik mengusik dan
berbicara dengan melompat dari satu topik ke topik perbualan seterusnya.
Malam ini cerita kami berkisar sekitar apa yang saya dan dia suka
lakukan tatkala perlukan ketenangan.
Kata saya: Suatu ketika dahulu, saya suka duduk di tepi jendela loteng
sambil memandang langit. Dengan bertemankan daun-daun yang meliuk indah
bila disapa bayu malam, saya akan meluahkan segala kesedihan pada Sang
Bulan yang setia. Perangai yang terbawa-bawa hinggalah ke alam remaja.
Menarik nafas panjang dan melepaskannya perlahan-lahan. Otak jauh
menerawang, fikiran menjelajah ke seluruh angkasa. Angin malam, sejuk
dan mendamaikan. Saya akan duduk berjam-jam di situ, sehinggalah ada
rakan yang menegur atau bila kesejukkan malam mula menggigit hingga ke
tulang.
Sewaktu saya masih kecil, arwah ayah selalu bercerita
tentang bulan. Kisah pungguk yang merindui bulan, kisah Puteri Lindungan
Bulan serta lagu-lagu yang bertemakan bulan. Lama- kelamaan saya pun
terikut-ikut dengan cara arwah ayah. Suka bertemankan bulan sewaktu saya
menulis, sewaktu kesunyian menyelubungi diri, sewaktu kesedihan
membanjiri hati dan apabila saya rindukan arwah ayah.
bersambung.
-LM/HN 31102012-
Menarik nafas panjang dan melepaskannya perlahan-lahan. Otak jauh menerawang, fikiran menjelajah ke seluruh angkasa. Angin malam, sejuk dan mendamaikan. Saya akan duduk berjam-jam di situ, sehinggalah ada rakan yang menegur atau bila kesejukkan malam mula menggigit hingga ke tulang.
Sewaktu saya masih kecil, arwah ayah selalu bercerita tentang bulan. Kisah pungguk yang merindui bulan, kisah Puteri Lindungan Bulan serta lagu-lagu yang bertemakan bulan. Lama- kelamaan saya pun terikut-ikut dengan cara arwah ayah. Suka bertemankan bulan sewaktu saya menulis, sewaktu kesunyian menyelubungi diri, sewaktu kesedihan membanjiri hati dan apabila saya rindukan arwah ayah.
bersambung.
-LM/HN 31102012-
No comments:
Post a Comment